Sunday, May 20, 2012

Indonesian Bridge Formula (Part 1)

Seorang atasanku pernah memberikan tantangan kepadaku, bagaimana kalo kita dapat membuat rumus khusus untuk jembatan seperti Bridge Weight Formula : http://www.ops.fhwa.dot.gov/freight/sw/brdgcalc/calc_page.htm

Nah yang kemudian mulailah saya sering mengutak atik persamaan-persamaan yang diakibatkan oleh beban axel yang diatas jembatan. Kebetulan saya juga menangani perizinan muatan super berat yang melintasi jembatan. Mungkin ada yang belum mengetahui muatan super berat itu apa?

Saya jelaskan sedikit disini, muatan super berat ini diakibatkan oleh beban yang beratnya diatas berat kendaraan truck standar. muatan ini paling berat dari 140 ton sampai yang terberat 300 ton. Kebayang gak nih beratnya. Klo kita lihat disini banyak roda tuh, itu yang disebut truck Multiaxle, untuk satu line itu ada 8 buah roda, prinsip dasarnya dengan membagi beban yang berat itu < MST 8 ton (standar muatan sumbu terberat untuk jalan).

Nah itu untuk jalan, bagaimana dengan jembatan?
Dalam struktur jembatan itu berlaku prinsip mekanika analisa struktur, tentunya masih ingat aksi reaksi bukan? Beban truck tersebut adalah aksi, momen, tegangan, lendutan dan gaya geser adalah aksinya. Dengan ilmu teknik yang diperoleh di perkuliahan, rekasi tersebut dapat diketahui, lebih mudahnya dapat menggunakan bantuan software semisal SAP2000, MIDAS CIVIL dan lain-lain.

Pertama, kita buat model jembatannya ini diperoleh dari hasil survey, kemudian kita masukkan beban pembebanan jembatannya, tapi perlu diperhatikan jembatan ini dibangun dengan standar pembebanan yang mana, jangan sampai kita salah memperhitungkan. kemudian kita ketahui nilai momen, tegangan, lendutan dan gaya geser jembatan.

Kedua, dengan model jembatan yang sama dengan moving load, kita perhitungkan reaksi akibat truck terhadap jembatan. Agar jembatan kita ini aman rekasi oleh truck harus lebih kecil dari reaksi pembebanan, baru jembatan tersebut aman.

Tetapi nilai pembebanan jembatan masih harus dikalikan faktor reduksi jembatan, biasanya 20% yang saya ambil untuk jembatan dengan nilai kondisi 3, dan 10% - 20% untuk jembatan dengan nilai kondisi 1 dan 2.

Nah, kembali ke Bridge Weight Formula. Dengan kasus diatas akan sangat mudah bila dapat menyederhanakan permasalahan tersebut menjadu sebuah persamaan. Tentu tidak mudah menemukan persamaan tersebut yang di buat oleh FHWA.

Bagaimana dengan formula yang ada di Indonesia?

Di Indonesia menggunakan pembebanan berdasarkan BMS 1992 dan sekarang berdasarkan SNI T-02-2005. Dalam peraturan ini dipergunakan batasan perencanaan yaitu ULS (Ultimate Limite State) dan SLS (Service Limite State).

Berlanjut ke Part 2




No comments:

Post a Comment